Fakta Menarik dari Tempat Terdalam di Bumi!

Misteri bawah laut bukanlah sesuatu yang baru untuk dijadikan bahan pembicaraan dunia. Bahkan, teori konspirasi tentang lautan di bumi menjadi topik yang sangat diminati bagi sebagian kalangan orang. Kira-kira apakah seluruh lautan di bumi sudah terjamah oleh manusia?

[x] Tutup
Iklan Sponsor

Jelas jawabannya adalah belum. Salah satu wilayah di bumi yang masih tak terjamah manusia adalah Palung Mariana. Pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan Palung Mariana kan? Benar sekali, Palung Mariana merupakan palung terdalam yang terletak di dasar laut. Bahkan, tidak semua orang tau apa yang sebenarnya hidup di tempat terdalam di bumi tersebut.

Fakta Menarik dari Palung Mariana

Secara diketahui, Palung Mariana atau seringkali disebut sebagai Mariana trench merupakan jurang yang berada di dasar laut, lebih tepatnya di timur pulau Mariana barat Samudra Pasifik. Mariana trench sendiri merupakan istilah bagi sebuah perairan yang paling dalam di bumi. 

Palung Mariana membentang sepanjang 2550 km, lebar 63 meter, dan kedalaman hingga 11 km. Palung Mariana ini terletak di barat Samudera Pasifik sampai ke timur pulau Mariana. Apakah sudah terbayang betapa dalamnya Palung Mariana? 

Menurut pengamatan, hewan yang hidup di sana sangatlah aneh, asing, dan bahkan dijuluki mirip seperti alien. Selain itu, Palung Mariana juga menyimpan banyak misteri yang belum terkuak, lho. Nah,berikut ini adalah beberapa fakta tentang Palung Mariana yang harus kamu ketahui. 

1. Lebih Dalam Daripada Tinggi Gunung Everest

Kedalaman Palung Mariana kerap kali dijadikan objek bahan penelitian oleh para ilmuwan. Salah satunya yaitu membandingkan seberapa dalam Palung Mariana dengan Puncak Everest. Mengingat Everest merupakan gunung tertinggi di dunia, rasanya sangat cocok bila dijadikan objek untuk mengukur Palung Mariana. Di mana ketinggian puncak Everest dibuat terbalik ke dasar laut. 

Palung Mariana memiliki kedalaman mencapai 36.201 kaki atau 11.304 meter. Sedangkan Gunung Everest yang notabene merupakan gunung tertinggi memiliki ketinggian 29.035 kaki atau sekitar 8.850 meter. 

Nah, jika diposisikan terbalik maka puncak tertinggi Gunung Everest hanya akan berada di kedalaman 7000 kaki atau 2.133 meter di bawah permukaan laut. Artinya, jika diperhitungkan, Palung Mariana lebih dalam dibandingkan puncak Everest. 

2. Palung Mariana Sudah Berusia 180 Juta Tahun

Dilansir dari Livescience, Palung Mariana terbentuk oleh proses yang terjadi di zona subduksi, di mana dua lempengan besar kerak samudera bertabrakan. Di zona subduksi, satu bagian kerak samudera didorong dan ditarik ke bawah yang lain, tenggelam ke dalam mantel Bumi yang merupakan lapisan di bawah kerak. 

Ketika dua kerak berpotongan, parit yang dalam terbentuk di atas tikungan pada kerak yang tenggelam. Dalam hal ini, kerak Samudra Pasifik menekuk di bawah kerak Filipina. Kerak Pasifik, juga disebut lempeng tektonik yang berusia sekitar 180 juta tahun, sedangkan lempeng Filipina berusia lebih muda dan lebih kecil dari lempeng Pasifik. Artinya, Palung Mariana sudah terbentuk sejak 180 juta tahun lalu.

3. Palung Mariana Memiliki Tekanan Sangat Tinggi

Secara diketahui, Palung Mariana memiliki kedalaman hingga 11 km dan tekanan tertingginya dapat mencapai 8 ton per inci persegi. Jadi, apakah sudah terbayang bagaimana tekanan yang ada di Palung Mariana? Pasalnya, secara teori, semakin dalam seorang penyelam menyelam di laut, maka mereka akan mendapatkan tekanan yang tinggi pula. Begitupun ketika para peneliti melakukan penyelaman ke Mariana.

Jika diilustrasikan, tekanan ini layaknya 50 unit pesawat jet terbesar atau 1.600 ekor gajah Afrika yang ditumpuk di atas tubuh kamu. Kira-kira, seperti itulah tekanan yang dapat dirasakan manusia jika ada yang coba-coba menyelam ke dasar atau ke dalam Palung Mariana tanpa memakai bantuan alat ataupun pelindung apapun.

4. Keberadaan Hiu Megalodon

Hiu Megalodon merupakan jenis hiu purba yang dianggap hidup di laut terdalam. Dengan memiliki memiliki ukuran sangat besar serta panjang mencapai puluhan meter dengan bobot sampai ratusan ton, hiu purba ini dianggap sudah punah. Namun, mitosnya hiu Megalodon masih hidup dan bersembunyi dengan tenang di dalam Palung Mariana.

Kendati telah dinyatakan punah, namun kemungkinan bahwa hiu purba ini masih banyak diyakini keberadaannya. Sehingga banyak peneliti yang tertantang untuk membuktikan hiu purba yang masih hidup di perairan sekitar Palung Mariana. Meskipun begitu penelitian ini tentu tidak sembarangan dan berbahaya karena beresiko kematian pada para penelitinya.

Mengingat belum banyak laut dalam yang pernah dieksplor manusia, dan meski tak ada bukti atau dokumentasi nyata mengenai keberadaan hiu Megalodon, kemungkinan seperti ini masih sangat terbuka lebar. 

Tinggal tunggu saja sampai manusia menemukan teknologi super canggih yang memungkinkan kita untuk menyelam ke dasar laut dengan peralatan atau perlengkapan sederhana. Jika sudah sampai di titik itu, maka jangan kaget jika kita benar-benar menemukan hiu ini atau barangkali hiu-hiu lainnya yang belum pernah tercatat dalam sejarah.

5. Zona Misterius

Informasi selanjutnya adalah zona misterius yang minim akan eksplorasi. Kedalaman lautan sudah terbagi menjadi empat zona. Berdasarkan penelitiannya zona litoral dan juga bathyal mewakili permukaan laut hingga kedalaman 3 km ke bawah. Sedangkan zona abisal untuk menyebut kedalaman mencapai 6 km dan terakhir adalah zona handal untuk menyebut tingkat kedalaman berapapun yang melebihi 6 km di bawah permukaan laut.

Dalam Palung Mariana sendiri jika kalian menyelam tanpa menggunakan bantuan, maka siapapun yang berenang mencapai zona abisal sudah meninggal atau mati. Anehnya meski dianggap sebagai zona mati dapat cukup banyak beberapa hewan dan juga tumbuhan yang dapat hidup dengan bentuk yang menyeramkan. 

Jadi, itu dia penjelasan mengenai Palung Mariana yang mencetak sejarah menjadi palung atau laut terdalam yang ada di dunia. Menakjubkan, bukan? Selain fakta-fakta di atas, kenyataannya masih banyak misteri Palung Mariana lainnya yang belum terkuak atau belum ditemukan oleh para peneliti maupun penyelam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *